Senin, 23 Januari 2012


BAB I

PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Keberhasilan Pembangunan Sosial ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya kualitas sumber daya manusia yang baik, dukungan dana, dan tehnologi yang memadai sehingga saling memberikan sinergi yang positif. Dari berbagai asumsi masyarakat maupun organisasi bahwa sumber daya manusia memiliki prioritas utama yang dapat dibina, dikembangkan dan diberdayakan sesuai dengan kebutuhan
Kualitas sumber daya manusia yang baik sangat mempengaruhi kemajuan sebuah negara dan atau sebuah organisasi. Namun sayangnya kondisi ini baru merupakan harapan setiap organisasi, sehingga tujuan organisasi masih sering belum dicapai secara maksimal. Kondisi demikian terjadi bukan saja di dalam organisasi pemerintah khususnya yang bergerak dalam pembangunan kesejahteraan social dihadapkan pada permasalahan peningkatan dan permasalahan social, sehingga baik kualitas pelayanan maupun sumber daya manusianya harus ditingkatkan.
Keahlian pekerjaan social merupakan salah satu sarana yang sangat penting untuk dipahami oleh para Pekerja Sosial yang bekerja di organisasi pemerintah maupun non pemerintah di tingkat pusat maupun daerah atau Pemda di Indonesia. Maka dari itu, sangatlah tepat untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para Pekerja Sosial tentang keahlian asesmen pekerjaan social. Pelatihan terhadap materi ini tidak saja memberikan peningkatan kemampuan dan keterampilan, melainkan dapat lebih meningkatkan profesionalisme. Dengan demikian maka diharapkan para petugas dan Pekerja Sosial dapat memberikan pelayan psikososial secara efektif kepada kliennya.
Untuk mewujudkan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, maka dilakukan sebuah pengkajian yang didasari dengan studi literature dan studi lapangan. Melalui pengkajian, diharapkan dapat diperoleh data tentang model pelatihan yang sesuai dengan yang diperlukan dan dilengkapi dengan kurikulum yang tepat, serta materi pelatihan yang sesuai dengan bidang tugas mereka di dalam organisasinya.
Usaha dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan sosial di Indonesia merupakan tanggungjawab pemerintah dan masyarakat. Masyarakat berperan sebagai pelaksana utama, sedangkan pemerintah adalah menetapkan regulasi dan memberikan fasilitas.
Saat ini masyarakat sebagai pelaksana kesejahteraan sosial cenderung mengalami penurunan kepedulian. Hal tersebut ditandai dengan ragam kehidupan sosial masyarakat yang penuh kerentanan, ketidak berdayaan, keterisolasian, dan ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi, yang berdampak tingginya beban ekonomi masyarakat, rendahnya partisipasi aktif masyarakat, menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat, dan menurunnya ketertiban umum serta ketentraman masyarakat.
Agar kesinambungan pembangunan bidang kesejahteraan sosial terus berjalan maka pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial sangat diperlukan. Dengan demikian Buku Kurikulum Pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial  dapat dijadikan dasar pelaksanaan pelatihan oleh Balai Pelatihan Pekerja Sosial didalam melaksanakan pembangunan kesejahteraan sosial.
Pelatihan sebagai suatu konsep dan program yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang menunjukkan perkembangan sangat pesat dan modern. Demikian pula halnya Pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial sebagai sub sistem pengembangan Sumber Daya Manusia terus mengalami perubahan seiring dengan ritme perkembangan dan perubahan sosial yang dinamis.
Kebutuhan pelatihan sangat berkaitan erat dengan kebutuhan belajar, yang dalam kondisi ini diartikan dengan kesenjangan kemampuan diantara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan yang dituntut, atau dipersyaratkan dalam kehidupan sasaran didik (peserta pelatihan). Kemampuan tersebut menyangkut kemampuan pengetahuan, sikap, nilai dan tingkah laku sesuai dengan aspek yang menjadi konteks perhatian, yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berlaku pada kehidupan atau pada dunia kerjanya atau tuntutan lembaga dimana ia bekerja.
Sehubungan dengan semakin kompleksnya permasalahan sosial  dewasa ini diperlukan para aparatur, pekerja sosial fungsional dan pekerja social panti swasta yang memiliki kemampuan dalam menangani kasus individu, kelompok, oleh karena itu pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial dapat berfungsi meningkatkan kemampuan sebagai Pekerja Sosial dalam pelayanan kesejahteraan sosial khususnya pada Balai/Panti/ Instalasi yang ada di Provinsi Jawa Barat.
A.     Maksud, Tujuan dan Sasaran
1.                   Maksud
Buku ini menguraikan tentang penyusunan dan pengkajian Kurikulum    Pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial yang dilaksanakan oleh Balai Pelatihan Pekerja Sosial.
2.   Tujuan
                  a.       Membantu pimpinan Balai Pelatihan Pekerja Sosial untuk mendapat keputusan dan arahan tentang kebijakan operasional pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial yang profesional, berkualitas, efisien dan efektif.
                  b.       Membantu para pelaksana kegiatan pelatihan dalam hal ini fasilitator agar memahami Kurikulum, yang sesuai dengan pelatihan guna diimplementasikan dalam penyelenggaraan pelatihan.
3.   Sasaran
Buku Kurikulum ini ditujukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan, pengkajian dan penyusunan Kurikulum maupun pengembangan pelatihan.




2.    Sistematika
Buku Kurikulum ini terdiri dari empat Bab yang terdiri dari :
Bab I     Pendahuluan
A.      Latar Belakang
B.      Maksud, Tujuan dan Sasaran
C.      Sistematika Penulisan

Bab II    Proses pengkajian dan penyusunan kurikulum,
A.      Dasar Hukum
B.      Tujuan Pengkajian dan Penyusunan Kurikulum
C.      Tenaga Pelaksana
D.      Pelaksanaan
E.      Tahap Seminar hasil Penyusunan Kurikulum

Bab III         Proses Analisis Kebutuhan Pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial Tingkat Lanjutan bagi Pekerja Sosial Fungsional

Bab IV  Penutup.









BAB II
PROSES PENGKAJIAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM

A.   Dasar Hukum
1.    Keputusan Kepala Balai Pelatihan Pekerja Sosial Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat No 000/18/BPPS, Tentang Penunjukan Nama-nama Tim Panitia Pelaksana, Tim Pembuat dan Narasumber Eselon III/Dosen S3 pada Penyelenggaraan Penyusunan Kurikulum, Modul, Panduan Fasilitator serta Format Monitoring dan Evaluasi Pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial Tahun 2011. Petunjuk Operasional Anggaran Rutin Balai Pelatihan Pekerja Sosial Tahun Anggaran 2011
2.    Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Balai Pelatihan Pekerja Sosial Tahun Anggaran 2011
3.    Rencana Operasional (RO) Seksi Pengembangan Pelatihan Tahun Anggaran 2011
4.    Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 40 Tahun 2011 tentang  Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat;
5.    Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 910/Kep.16-Keu/2011, Tanggal 3 Januari 2011 Tentang penunjukan Pejabat Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara dan Bendahara Pembantu pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD);
6.    Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 1.13.01.71.03.5.2. tanggal 28 Desember Tahun 2011, Tentang Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah.
B.   Tujuan Pengkajian dan Penyusunan Kurikulum
1.    Tujuan Umum
a.    Memperoleh gambaran tentang masalah-masalah yang bersifat psikososial yang dihadapi di lembaga-lembaga pelayanan yang menjadi sasaran pengkajian
b.    Memperoleh masukan tentang kontribusi ilmu pekerjaan sosialdalam penanganan klien yang bermasalah.
c.    Tersusun dan tersedianya Kurikulum pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial sebagai acuan dalam menyelenggarakan pelatihan tersebut.
2.    Tujuan Khusus
Tersusunnya Kurikulum pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial bagi Potensi dan Sumber Kesejahteraan, yang memuat :
a.    Rumusan tujuan pelatihan dari setiap materi pelatihan
b.    Rumusan kumpulan materi pelatihan
c.    Rumusan silabi untuk materi pelatihan
d.    Rumusan metode dan media yang ditetapkan
e.    Pengalokasian waktu yang dibutuhkan
f.     Penetapan format evaluasi yang digunakan dalam pelatihan
Penyusunan Kurikulum Pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial akan diuraikan dalam pokok kajian yang terdiri dari :
a.    Pendekatan Penyusunan Kurikulum
b.    Komponen Kurikulum
c.    Strategi Penyusunan Kurikulum
d.    Mekanisme Penyusunan Kurikulum
    1. Pendekatan penyusunan Kurikulum
            Kurikulum Assesmen Pekerjaan Sosial menggunakan pendekatan psikososial, hal ini sesuai dengan yang didefinisikan oleh Corwin, sebagai berikut :
Assesmen Pekerjaan Sosial sering didefinisikan sebagai praktek pekerjaan sosial dengan individu, keluarga dan kelompok kecil yang mempunyai masalah psikologis, masalah patologis dan masalah yang berasal dari dalam diri klien menggunakan pendekatan psikososial untuk mencapai keberfungsian klien (Corwin, 2002; Strean, 1978).
Assesmen Pekerjaan Sosial dewasa ini bersifat :
F      Advance
F      System Based
F      Integrative
F      Empirical
F      Eclective
Pendekatan yang banyak digunakan Assesmen Pekerjaan Sosial adalah :
¨   System  Theory
¨   Psychodynamic  and developmental
¨   Learning Theory
¨   Cognitive Theory
Pendekatan Teori yang mendasari pemahaman faktor internal dan eksternal pada diri individu yaitu :
¤   Psikoanalisa
¤   Ego psychology
¤   Role therapy
¤   Brief treament
¤   Sosial system theory
¤   Organization theory
¤   Communication theory
¤   Learning theory
Pendekatan lain secara umum juga dijadikan bahan dalam penyusunan Kurikulum yaitu :
q   Sistemik (Saling menunjang/berinterelasi antara komponen kurikulum)
q   Taksonomik (Pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotor)
q   Relevansi (antar komponen kurikulum, kebutuhan peserta, dan Stakeholder)
q   Sosiologis (Berupaya memasyarakatkan  berdasarkan partisipasi aktif masyarakat).
q   Integrated (Memadukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengendalian)




PENDEKATAN KETERPADUAN
            Pendekatan Keterpaduan merupakan Keseluruhan Multiindikator yang saling Berinteraksi, Bergantung, dan Saling Menerobos Satu dengan yang lain untuk Mencapai Tujuan Program Pelatihan yang telah ditetapkan
Ciri Pendekatan Terpadu
1.     Profesionalisasi
Pengembangan Kurikulum Pelatihan berorientasi pengembangan Kemampuan Profesional Sesuai dengan Bidang Pekerjaannya
2.     Sosialisasi
Berorientasi pada Proses Sosial yg dijiwai oleh Keyakinan, Nilai-nilai, Kebutuhan, dan Permintaan Masyarakat yang dirumuskan dalam Kurikulum
3.     Futurologi
Berorientasi pada Penyiapan Sumber Daya Manusia pada Masa Mendatang, baik secara Kualitatif maupun Kuantitatif
    1. Komponen Kurikulum
Komponen Kurikulum meliputi :
F      Tujuan
F      Strategi
F      Materi
F      Evaluasi

KOMPONEN KURIKULUM
Komponen Kurikulum dapat digambarkan sebagai berikut :


 

















Kurikulum adalah Seperangkat Rencana dan Pengaturan Mengenai Tujuan, Isi/Bahan Pelajaran serta cara yang digunakan sebagai Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan untuk Mencapai Tujuan Pelatihan yang Telah Ditetapkan
S
Sedangkan komponen inti praktek Assesmen Pekerjaan Sosial meliputi :
  Objek/Sasaran  
  Proses asesmen
  Fokus Intervensi Assesmen Pekerjaan Sosial
  Pendekatan teori yang mendasari pemahaman faktor internal dan eksternal individu
  Kecenderungan praktek Assesmen Pekerjaan Sosial
  Kompetensi/kualifikasi
  Orientasi praktek
Sasaran/Objek
  Individu
  Kelompok
  Masyarakat
Masalah
  Masalah sosial yang bersifat patologis
  Masalah sosial yang menyangkut psikososial yang menyimpang dari nilai dan norma
  Masalah yang berasal dari dalam diri klien 
Asessmen Pekerjaan Sosial
  Proses asesmen dengan orientasi psikososial difokuskan kepada disfungsi internal dan eksternal
Fokus Intervensi Assesmen Pekerjaan Sosial
  Menitik beratkan pada individu (direct intervention)
  Menciptakan kondisi yang positif/mendukung
  Proses pemecahan masalah/aspek-aspek psikososial
  Bantuan yang bersifat nyata
Orientasi praktek Assesmen Pekerjaan Sosial
  Dewasa ini orientasi praktek generalis dalam Assesmen Pekerjaan Sosial telah memberikan kerangka pemecahan masalah.
  Praktek Assesmen Pekerjaan Sosial berlandaskan biopsychososial yang mengakui semua masalah yang perlu intervensi pekerjaan sosial disebabkan beberapa kombinasi faktor biological, psikologikal, sosial sebagai tingkah laku belajar.
c.  Strategi Penyusunan Kurikulum
1.  DESKRIPSI PEKERJAAN
2.  ANALISIS TUGAS
3.  PENETAPAN KEMAMPUAN
4.  PENETAPAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERAMPILAN
5. KEBUTUHAN PELATIHAN
6. PERUMUSAN TUJUAN KURIKULUM
7. KRITERIA KEBERHASILAN
8. KONTEN/ ISI KURIKULUM
9. STRATEGI PELATIHANAN
10. UJI PROGRAM DI LAPANGAN
11. PENILAIAN
12. PERBAIKAN DAN PENYESUAIAN
13. PELAKSANAAN KURIKULUM
14. PEMANTAUAN PELAKSANAAN KURIKULUM
1.  DESKRIPSI PEKERJAAN
Memuat seperangkat tuntutan Assesmen Pekerjaan Sosial yang menjadi titik acuan.
Langkah-langkahnya adalah :
a.     Menyusun Kerangka Acuan Mengenai pekerjaan Assesmen Pekerjaan Sosial .
b.     Mempelajari semua dokumen tentang pekerjaan tersebut.
c.      Inventarisasi orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan tersebut.
d.     Mengadakan diskusi dengan orang-orang yang bersangkutan.
e.     Menyusun deskripsi sementara, mengadakan observasi pelaksanaan pekerjaan tersebut Lalu dibuat Deskripsi Akhir.
2.    ANALISIS TUGAS
a.     Menentukan jenis-jenis tugas (kognitif, sikap, dan tindakan)
b.     Mengumpulkan informasi tentang tugas (wawancara, observasi, manual/dokumentasi)
c.      Menyusun Deskripsi Tugas
d.     Menyusun urutan tugas (dasar-lanjutan-dst)
e.     Menilai deskripsi tugas berdasarkan scope, sequence, dan depth
3.    PENETAPAN KEMAMPUAN
Didasarkan atas kriteria kognitif, performance, keefektifan, dan produk sesuai dengan tuntutan tugas Assesmen Pekerjaan Sosial.
Langkah-langkah Menetapkan Profil Kemampuan :
a.     Berdasarkan pada rincian tugas, baik kognitif, sikap/nilai, maupun tindakan/ keterampilan.
b.     Kemampuan dirumuskan pada dua tingkatan, yaitu: kemampuan generik dan kemampuan deskriptif  manipulatif.
4.   PENETAPAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN  KETERAMPILAN
a.     Aspek Pengetahuan disusun berdasarkan kriteria: konsep, prinsip, fakta, dan prosedur.
b.     Aspek Afektif disusun berdasarkan kriteria: penerimaan, sambutan, penilaian, organisasi, dan karakter.
c.      Aspek psikomotor disusun berdasarkan kriteria: keterampilan kognitif, psikomotorik, reaktif, dan ketermpilan interaktif.
5.   KEBUTUHAN PELATIHAN
Menyusun Kebutuhan Pelatihan didasarkan atas kriteria:
a.     Jenis kemampuan yang hendak dikembangkan
b.     Jenis Program dan kategori Pelatihan
c.      Tingkat peserta pelatihan
d.     Jenis Materi Pelatihan yang akan diberikan.
6.    PERUMUSAN TUJUAN KURIKULUM
Yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh setiap program pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial secara umum, khususnya  yang menangani masalah sosial.
F  Tujuan Kurikulum setiap jenjang kegiatan pelatihan
F  Tujuan Umum Pelatihan
F   Tujuan Khusus Pelatihan
7.    KRITERIA KEBERHASILAN
Merupakan Indikator keberhasilan program yang ditandai oleh
tercapainya tujuan kurikulum sesuai dengan kategori program
pelatihan. Kurikulum Pelatihan dinilai berhasil apabila memenuhi
kriteria sbb:
a.     Peserta pelatihan dapat menunjukkan tingkah laku  berupa kemampuan melaksanakan tugas sebagai pekerja sosial klinis pada pekerja sosial fungsional
b.     Peserta dapat menunjukkan tingkah laku yang memenuhi persyaratan pengujian yg telah ditentukan berupa tes.
c.      Peserta dapat menunjukkan tingkah laku minimal yang dipersyaratkan.
8.    KONTEN/ISI KURIKULUM
Isi Kurikulum disusun dalam bentuk: 
a.     Bidang-bidang Keilmuan Assesmen Pekerjaan Sosial.
b.     Jenis-jenis materi pelatihan disusun dan dikembangkan berdasarkan dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan program pelatihan
c.      Tiap materi pelatihan dikembangkan menjadi satuan bahasan dan pokok-pokok bahasan / pokok-pokok materi.
d.     Tiap materi pelatihan dikembangkan dalam Silabus (GBPP) dan (SAP)
9.    STRATEGI PEMBELAJARAN
Keseluruhan usaha yang meliputi perencanaan, cara, tehnik, metode, dan media yang digunakan oleh Pelatih/Widyaiswara dan Peserta Pelatihan yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pelatihan.
Strategi yang dipilih disesuaikan dengan Kebutuhan pelatihan:
         Strategi Pembelajaran Kelas, meliputi: ceramah, tanya jawab, belajar berstruktur, pelatihan, praktek, PAKEM, Kontekstual, Multimedia Interaktif.
       Strategi Pembelajaran kelompok, meliputi: diskusi, simulasi dsb
       Strategi Pembelajaran Individual, meliputi: belajar mandiri, pusat belajar, modifikasi tingkah-laku, inkuiri-diskoveri, dan sistem modular
       Strategi Pembelajaran laboratori, belajar tuntas, dan pemb. Unit
       Memilih dan menggunakan media, baik cetak, gambar, Audio, Visual, AVA, proyeksi, dan multimedia interaktif. (by design and by utilization)
10.    UJI COBA PROGRAM DI LAPANGAN
Mencobakan program kurikulum di lapangan.
a.     Tujuan: mengetahui kesesuaian, keterlaksanaan, kegunaan, dan keberhasilan program kurikulum di lapangan.
b.     Bentuk: kuasai eksperimen, studi lapangan, atau expo facto.
11.    PENILAIAN
Penilaian adalah usaha pengumpulan informasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan tentang Krikulum.
     Fungsi dan tujuan  :    mengecek derajat keefektifan program, validitas, dan keefektifan pelaksanaan Kurikulum.
     Strategi                      :    CIPP (evaluasi kebutuhan & kelayakan, masukan dst)
     Instrumen                 :    Alat tes (tertulis/lisan) dgn bentuk obyektif, esai nontes (skala, daftar ceklist,  dan tes tindakan)
12.    PERBAIKAN DAN PENYESUAIAN
 Untuk meningkatkan kesesuaian, kedayagunaan, keterlaksanaan
 dan keberhasilan program kurikulum berdasarkan info penilaian.
a.     Tujuan: meningkatkan mutu konten, sumber, dan strategi pembelajaran sebagai balikan dari ujicoba dan penilaian pelaksanaan
b.     Cara: melakukan perbaikan dan penyesuaian terhadap komponen program untuk kepentingan efesiensi, keefektifan, monitoring dan dampak program.
13.    PELAKSANAAN KURIKULUM
Disusun dalam bentuk pedoman pelaksanaan kurikulum, terdiri atas:
         Pedoman Khusus Pembelajaran
         Pedoman Penyusunan Silabus, (GBPP) dan (SAP)
         Pedoman Praktek Lapangan
         Pedoman Penilaian
14.    PEMANTAUAN KURIKULUM
Suatu sistem pengumpulan dan penerimaan informasi berdasarkan Data yang tepat, cepat, akurat, dan lengkap tentang  pelaksanaan Kurikulum yang dilakukan secara efektif dan efesien melalui langkah-langkah yang tepat dalam waktu yg telah ditetapkan yang dilakukan oleh pemantau ahli.  Prinsip Pemantauan Kurikulum, yaitu:
a.     Bertahap:
(1)    Identifikasi tugas dan tanggung jawab, analisis tugas, identifikasi kemampuan, dan identifikasi kebutuhan Diklat.
(2)    Perumusan tujuan/kompetensi, isi, dan struktur program, serta strategi pembimbingan dan pembelajaran.
(3)    Ujicoba, pelaksanaan, dan pengelolaan program.
(4)    penilaian dan perbaikan.
b.     Bergilir :
sesuai tahapan di atas dilakukan satu demi satu secara bergiliran.
c.      Terpadu:
Seluruh Komponen harus tepat dan menyambung
   


d.  Mekanisme Penyusunan Kurikulum

Mekanisme Penyusunan Kurikulum Pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial Tingkat Lanjutan bagi Pekerja Sosial Fungsional Berdasarkan pada :

1.      Rasional
Penyusunan Kurikulum Pelatihan Pekerjaan Sosial  Klinis Tingkat Lanjutan bagi Pekerja Sosial Fungsional ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berkut :
Perkembangan sosiokultural yang berlangsung sangat cepat dibarengi dengan lajunya Teknologi Informasi dan Komunikasi, pada gilirannya membutuhkan Pekerja Sosial yang lebih mampu memberikan layanan strategis. Konsekuensi gejala ini ialah mendesaknya kebutuhan akan Pekerja Sosial Fungsional yang memahami Assesmen Pekerjaan Sosial yang memenuhi persyaratan, baik kualitatif maupun kuantitatif.
Kebijaksanaan pembinaan ketenagaan diarahkan untuk memperoleh tenaga kerja yang memiliki kemampuan profesional, loyal, berdedikasi, dan disiplin kerja yang tinggi agar lebih berdaya dan berhasil guna bagi program Assesmen Pekerjaan Sosial.
2.    DESKRIPSI  ASSESMEN  PEKERJAAN  SOSIAL
Tim Penyusun Kurikulum Mendeskripsikan Tugas-tugas Pekerjaan
Sosial Klinis bagi Pekerja Sosial Fungsional, seperti, antara lain :
Melaksanakan Fungsi Konselor Serius
Membimbing dan membantu Melihat kelemahan klien
3.    KEMAMPUAN ASSESMEN PEKERJAAN SOSIAL
Kemampuan Profesional (dirinci)
Kemampuan Kepribadian (dirinci)
Kemampuan Kemasyarakatan (dirinci)
Profil Kemampuan Profesional Pekerja Sosial, antara lain :
-      Memahami dasar-dasar ilmu Assesmen Pekerjaan Sosial,
-      Memahami siswa yang berkepribadian introvet (tertutup)    
4.    ISI DAN STRUKTUR KURIKULUM
Kelompok dan Jenis Materi Pelatihan terdiri dari :
Kelompok dan Jenis Mata Diklat
1.     Kelompok Dasar (Dasar Umum dan Khusus)
2.     Kelompok Inti/Pokok
3.     Kelompok Penunjang
4.     Kelompok Metodologi Kediklatan
Bidang Pengalaman Lapangan
1.     Praktek Terbatas (observasi, simulasi, dll)
2.     Praktek Lapangan
Tiap Mata Latih/diklat dirancang dalam sebuah Silabus dan Deskripsi.
5.      STRATEGI PELATIHAN/PEMBELAJARAN
v  Pendekatan (PAKEM. PBAS, CBSA)
v  Tahap Kegiatan
1.    Pendahuluan (apersepsi, orientasi, pre-tes, menginformasikan tujuan, perencanaan kel)
2.    Tahap Pengembangan (pencarian informasi melalui tatap muka, tugas mandiri, tugas    terstruktur yang menitik beratkan pada aktivitas peserta diklat.
3.    Tahap Kulminasi (Praktek lapangan, postest)
4.    Tahap Tindak Lanjut (Pemberian tugas, pembuatan makalah, laporan dll)
v            Metode Pembelajaran (Alternatif yang digunakan: ceramah, tanya jawab, tugas, belajar mandiri, modular, diskusi, inkuiridiskoveri, pembelajaran unit, dll)
v            Media Pembelajaran (cetak, audio, gambar, visual, AVA, Multimedia Interaktif, dll)
6.    PENILAIAN
Tujuan Penilaian
a.     Mengetahui derajat kemampuan awal peserta yang berkenaan dengan identifikasi pribadi, pengetahuan dan keterampilan.
b.     Mengetahui tingkat keberhasilan peserta  setelah menikuti pelatihan
c.      Mengetahui efektivitas proses pelaksanaan program pelatihan.
Fungsi Penilaian
1.     Fungsi Kurikuler (memberikan gambaran tentang pelaksanaan kurikulum)
2.     Fungsi Pembelajaran (memberikan gambaran tentang proses pembelajaran yang dikembangkan dalam pelatihan)
3.     Fungsi Administratif (menentukan kelulusan peserta pelatihan)
4.     Fungsi Diagnosis (memberikan bahan untuk kepentingan bimbingan dan pembinaan para peserta pelatihan)
Kriteria Penilaian

Huruf
Angka
0 - 4
Angka
0 - 10
Angka
0-100
Predikat
A
B
C
D
E
4
3
2
1
0
8,5-10
7,0-8,4
5,5-6.9
4,0-5,4
0,0-3,9
85-100
70-84
55-69
40-54
00-39
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang

Instrumen Penilaian
Ø  Tes Tertulis bentuk objektif dengan 4 option untuk menilai aspek pengetahuan (pre test dan postest)
Ø  Tes Tindakan dengan format skala untuk mengukur keterampilan.
Ø  Daftar Ceklist, isian, kehadiran, dll)
7.    PELAKSANAAN EVALUASI
Bentuk Evaluasi (Lisan atau Tertulis), Tenaga Penguji, Alokasi Waktu Evaluasi, dll
8.    PELAKSANAAN PROGRAM
1.    Tahap Pendahuluan: Persiapan administratif (sarana-prasarana), Persiapan edukatif (Jadwal pelatihan, media, sumber, pembimbing, dst)
2.    Tahap Pengembangan: Penyajian materi dasar umum, dasar khusus, bidang-bidang Assesmen Pekerjaan Sosial.
3.    Tahap Kulminasi: Penyusunan laporan individual, penyajian laporan dan diskusi kelas, tes akhir, pembagian sertifikat, penutupan.
4.    Tahap Tindak Lanjut : Pengembalian para peserta ke tempat asal bekerja, penugasan kembali oleh Balai Pelatihan setempat, dan Pembinaan.
9.    PEMANTAUAN KURIKULUM
1.    Tujuan (Memperoleh informasi tentang pelaksanaan kurikulum
2.    Hal-hal yang Dipantau (Kegiatan tatap muka, kehadiran peserta dan widyaiswara, pelaksanaan belajar mandiri dan terstruktur, suasana pelatihan)
3.    Cara Memantau (Langsung spt kunjungan kelas dan Tidak Langsung, seperti: laporan dari staf teknis atau ketua kelompok)
4.    Tenaga Pemantau (Penanggung jawab, Pimpinan, koordinator.
10.    BIMBINGAN DAN PERBAIKAN
Meliputi: Tujuan, Bentuk Bimbingan, dan Adminsitrasi Bimbingan seperti kartu bimbingan.
11.    SUPERVISI KURIKULUM
Meliputi:
Tujuan Supervisi, Aspek-aspek yang disupervisi, dan Teknik Supervisi yang digunakan
C.   Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana yang mendukung  kegiatan penyusunan Kurikulum  terdiri dari dosen STKS Bandung, Widyaiswara BBPPKS Lembang-Bandung dan dari BPPS Cibabat-Cimahi, UPI Bandung, Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.
D.   Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan penyusunan Kurikulum dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu :
1.    Tahap Awal/Persiapan
a.    Pembuatan dan penetapan SK Tim Panitia, Narasumber Pembuat  dan Narasumber Penyusun.
b.    Pembuatan Pedoman Penyusunan Kurikulum
c.    Rapat persiapan
d.    Menyusun kelengkapan administrasi
e.    Pemaparan dan pembahasan draft awal
2.    Tahap Pelaksanaan Penyusunan
      Landasan penyusunan Kurikulum, berdasarkan kepada :
a.    Prinsip Kurikulum
Kurikulum disusun secara partisipatoris dalam arti mengakomodir kebutuhan dan kepentingan peserta pelatihan. Hasil yang telah diperoleh dari Training Needs Assesment khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan akan kompetensi tertentu merupakan bentuk partisipasi peserta dalam penyusunan Kurikulum.
b.    Orientasi Kurikulum
Orientasi penyusunan Kurikulum adalah pada aplikasi Assesmen Pekerjaan Sosial, mengingat dalam pelatihan para peserta didik adalah orang dewasa yang mempunyai tugas dan peran dalam pengelolaan pelayanan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, Kurikulum mengarah pada peningkatan kemampuan dalam problem solving dan aplikasi Assesmen Pekerjaan Sosial.
c.    Pendekatan Kurikulum
Muatan fungsional Kurikulum pada Balai Pelatihan Pekerja Sosial Cibabat-Cimahi dirumuskan dengan menggunakan pendekatan kompetensi yaitu menekankan tidak hanya pada sikap dan pengetahuan, tetapi yang terpenting adalah pada aksi nyata atau tindakan, serta kebutuhan organisasi peserta pelatihan. Dengan pendekatan ini kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas pekerjaan. Hal ini selaras dengan tujuan pelatihan yaitu untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja pelaku pelayanan kesejahteraan sosial. Sedangkan kriteria atau ukuran fungsional yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum, yaitu :
1)  Program pelatihan hendaklah berkaitan secara praktis dengan tantangan, hambatan, peluang dan kesempatan dalam lingkungan internal dan eksternal organisasi/institusi asal peserta.
2)    Kekenyalan
Kurikulum pelatihan hendaklah memungkinkan untuk dimodifikasi, ditambah dan dikurangi sehingga menjadi responsive terhadap kebutuhan peserta pelatihan dan organisasi/institusi asal peserta.
3)    Berorientasi Tindakan.
Kurikulum hendaklah bertujuan untuk memobilisasi peserta pelatihan melakukan tindakan atau berbuat untuk memperbaiki pelayanan dan pembangunan kesejahteraan sosial sesuai dengan lingkup organisasinya.
d.      Ruang Lingkup Kurikulum
Orientasi pada aplikasi Assesmen Pekerjaan Sosial mengharuskan isi Kurikulum lebih banyak porsinya pada proses-proses pemecahan masalah, dan penerapan fungsi Assesmen Pekerjaan Sosial Sedangkan pemahaman teoritis dan konseptual dilakukan pada awal proses pelatihan atau dikemas dalam bentuk tertulis, yang dijadikan bahan diskusi. Selanjutnya ruang lingkup dan urutan Kurikulum pelatihan. Kurikulum dapat digambarkan dalam syarat-syarat umum sebagai berikut :
1)    Menguraikan keadaan masalah potensial dan bermaterikan informasi yang diperoleh.
2)    Disajikan dalam suasana yang memungkinkan proses berbagai pengalaman dan gagasan.
3)    Isi/bahan materi pelatihan harus tercermin dalam tujuan program yang meliputi tiga aspek, yaitu : aspek kognitif (mengetahui), aspek afektif (perasaan) memperoleh pemahaman yang positif terhadap permasalahan, aspek psikomotor (tindakan), tindakan ke arah perubahan atau perbaikan kondisi tugas atau pekerjaannya.

E.   Tahap Seminar Hasil Penyusunan Kurikulum
Pelaksanaan seminar hasil penyusunan pada tahap-tahap sebelumnya, dimana masing-masing anggota tim penyusun mempresentasikan hasil kajian dan penyusunan materinya, sementara yang lain menanggapi dan memberikan masukan secara bergantian.








BAB III
PROSES ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN ASSESMEN PEKERJAAN SOSIAL BAGI PEKERJA SOSIAL FUNGSIONAL DAN PEKERJA SOSIAL PANTI SWASTA

         Sebelum tersusunnya kurikulum, pada tahap awal dilakukan Training Needs Asesment (TNA) / Analisis Kebutuhan Pelatihan, TNA memfokuskan kepada kebutuhan pelatihan apa yang sepatutnya direncanakan dan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan dan kinerja seseorang atau kelompok. Pembahasan Analisis Kebutuhan Pelatihan bagi Petugas Kesejahteraan Sosial tidak sekedar membahas issue-issue pokok pelatihan, namun juga menyentuh berbagai aspek yang berkaitan dengan Assesmen Pekerjaan Sosial.
         Secara umum tujuan diselenggarakan pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial bagi Pekerja sosial fungsional adalah untuk meningkatkan kemampuan Pekerja sosial fungsional dalam melakukan pekerjaan di tempat tugasnya.
            Tujuan Pelatihan tersebut dapat dilihat pada skema berikut ini :





Training


Performance/
output




TRAINEEINPUT 



           
           
Sistem pelatihan pada pendidikan orang dewasa terdiri dari berbagai komponen Pembelajaran yang satu sama lain berkaitan erat dalam pencapaian tujuan pelatihan, komponen tersebut adalah :
  1. Keluaran ( Out Put )
  2. Proses Pembelajaran ( Learning and training process )
  3. Masukan Mentah ( Raw Input )
  4. Masukan Sarana dan sumber daya ( instrumental Input )
  5. Masukan lingkungan ( environmental input)

Komponen diatas digambarkan sebagai berikut :

                                   
                          Masukan Sarana





















Proses Pelatihan
 

Masukan Mentah
 



Keluaran
 















Masukan
Lingkungan
 
 











                                                              

            Analisis Kebutuhan Pelatihan merupakan salah satu tahap dan proses pelatihan. Assesmen kebutuhan pelatihan merupakan tahap paling awal dari proses tersebut, karena dengan melakukan assesmen kebutuhan, akan diketahui kebutuhan pelatihan sebenarnya. Kebutuhan pelatihan yang telah diketemukan dan diidentifikasi, kemudian dijadikan landasan untuk merancang kurikulum.
            Proses Analisis Kebutuhan Pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial bagi Pekerja Sosial Fungsional telah dilakukan Balai Pelatihan Pekerja Sosial yang salah satu upayanya melalui kunjungan dan observasi lapangan terhadap petugas pelaksana / pekerja sosial selaku penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial secara langsung di Balai/Panti dan Instalasi.
            Berdasarkan hasil pengkajian analisis kebutuhan pelatihan, proses pengkajian dan penyusunan kurikulum serta mekanisme penyusunan Kurikulum yang telah dilaksanakan pada Balai Pelatihan Pekerja Sosial, disimpulkan bahwa materi yang dianggap ideal bagi para peserta Pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial bagi Pekerja Sosial Fungsional secara deskriptif dapat kami kemukakan sebagai berikut :
4.    Materi Pokok
a.    Kebijakan dan Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial di Jawa Barat
5.    Materi Inti
a.    Pengetahuan penyimpangan perilaku
b.    Pemahaman Dasar Assesmen
c.    Assesmen Psykososial
d.    Assesmen Vocasional
e.    Dasar-dasar Assesmen
f.     Recording Assesmen/Pencatatan dan Pelaporan
6.    Materi Penunjang
a.    Dinamika Kelompok
b.    Kunjungan Lapangan
-       Pembuatan Laporan
-       Seminar
c.    Pembulatan
            Sedangkan mengenai metodologi dan instrument pembelajaran tertuang dalam Buku Modul Pelatihan.























BAB IV

PENUTUP


Buku Penyusunan Kurikulum Pelatihan Assesmen Pekerjaan Sosial  ini disusun sebagai acuan bagi penyelenggaraan pelatihan dimaksud serta bagi semua pihak yang terkait dalam pelatihan, sehingga diharapkan tercapainya hasil yang berkualitas. Buku ini juga merupakan wujud nyata sumbangan Balai Pelatihan Pekerja Sosial (BPPS) Cibabat-Cimahi sebagai organisasi pelayanan publik yang benar-benar efektif, berkualitas tanggap dan mempunyai nilai akuntabilitas yang tinggi.
Buku ini bersifat dinamis dan terbuka untuk dikaji dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan, yang pada akhirnya dapat dicapai suatu bentuk pelatihan yang ideal. Besar harapan kami semoga buku Kurikulum ini dapat memberikan manfaat bagi para pelaksana yang terlibat dalam upaya peningkatan Sumber Daya Manusia khususnya dalam bidang Pembangunan Kesejahteraan Sosial.


Cimahi,                  2011


                                                                                                Penyusun